Saya bangga menjadi alumni SMALA P2-85. Saya bangga pernah sekolah di SMA terbaik negeri ini. Saya bangga tumbuh di lingkungan terbaik dalam hidup ini. Saya bangga mempunyai teman-teman terbaik yang setia, dalam suka maupun duka . . . . .

Best Surabaya Property Bulletin

Best Surabaya Property Bulletin


Apartemen Surabaya Adu Cepat Hand Over

Posted: 14 May 2010 09:46 PM PDT

apartemen-surabaya-adu-cepat-hand-over

apartemen-surabayaSURABAYA – Makin berkibarnya bisnis apartemen membuat para pengembang berlomba untuk sesegera mungkin melakukan hand over (serah terima) kepada pelanggan. Seperti yang dilakukan Ciputra Grup akan menyerahkan kunci Universitas Ciputra (UC) Apartment pada September dari jadwal sebelumnya Desember 2010.

"Sesuai rencana kami akan melakukan penyerahan kunci kepada penguni pada Desember tahun ini. Tapi kami akan usahakan bisa lebih cepat dari target," kata Direktur Utama PT Ciputra Suraya Harun Hajadi saat meninjau Universitas Ciputra (UC) Apartment menjelang topping off, Senin (10/5).

Dengan menyerahkannya lebih cepat diharapkan pengembangan apartemen selanjutnya akan bisa dilakukan. "Setelah hand over menara pertama, kami akan segera bisa melanjutkan pembangunan menara kedua," lanjutnya.

Saat ini UC Apartment sudah hampir menyelesaikan pembangunan menara pertama dari empat menara yang direncanakan.

Hingga Mei 2010 tercatat sudah 80% dari 504 unit menara pertama Apartemen UC telah laku terjual. "Pada Desember 2010, saat handover, kita pastikan 100% terjual," kata

Marketing Manager Universitas Ciputra (UC) Apartment Tutut Gunaedi. Harga yang ditawarkan mulai Rp 210 juta-Rp 500 juta per unit. Direncanakan harga akan naik 5% setelah topping off.

Menurut Tutut, Apartemen UC sendiri difokuskan untuk mengakomodasi para mahasiswa Universitas Ciputra yang kesulitan mencari tempat tinggal di sekitar kampus. "Melihat perkembangan mahasiswa di UC yang mencapai 600 orang per tahun serta banyaknya sekolah yang kini sudah berdiri di Citraland menjadikan kami fokus pada mahasiswa," lanjut Tutut.

Selain itu, nantinya di sekitar UC Apartment yang berada tepat di belakang Universitas Ciputra ini akan dibangun kawasan hiburan, pendidikan dan rekreasi terintegrasi seluas 34 hektar dalam bentuk UC Town.

Sementara investasi yang dikucurkan untuk UC apartement sendiri diakui Tutut sudah mencapai Rp80 miliar. Jumlah ini belum termasuk investasi infrastruktur teknologi informasi (TI) yang nantinya juga dibangun untuk mendukung UC Town. den
Sumber: Surabaya Post

Best Surabaya Property Bulletin

Best Surabaya Property Bulletin


Kalimas Tempo Doeloe

Posted: 10 May 2010 03:43 PM PDT

kalimas-tempo-doeloe

Sejarah perumahan dan permukiman di Surabaya salah satunya dimulai dari tepian sungai yang menjadi sarana transportasi pada masa itu, yaitu Kali Surabaya dan Kali Mas. Permukiman penduduk juga banyak ditemui pada daerah pesisir utara dekat pelabuhan.

Pada jaman kolonial, pusat kegiatan juga ditempatkan di wilayah Surabaya bagian utara, yaitu sekitar kawasan Jembatan Merah, kawasan Jl Veteran dan kawasan Jl. Pahlawan (saat ini). Demikian pula dengan lokasi permukiman, berada tidak jauh dari pusat kegiatan tersebut, yaitu sekitar Jl. Diponegoro, Jl. Dr. Sutomo, Jl. Darmo, Jl. Urip Sumoharjo, Jl. Pemuda, Jl. Genteng Kali, Jl. Wijaya Kusuma, dan sekitarnya.

Lambat laun seiring perkembangan Kota Surabaya menjadi kota dengan daya tarik kuat khususnya di bidang ekonomi, sosial budaya, dan politik maka lokasi permukiman mulai menyebar ke arah yang lebih luas, yaitu ke Surabaya Selatan, Timur dan Barat. Sejarah Kali Mas menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah keberadaan Kota Surabaya. Bukti sejarah mencatat dalam prasasti Trowulan I yang berangka tahun 1358 M bahwa Surabaya merupakan sebuah desa di tepian sungai yang berfungsi sebagai tempat penyeberangan.

(Handinoto,1996). Keberadaan Kali Mas yang merupakan anak sungai dari Kali Brantas juga menjadi pintu bagi lalu lintas sungai di masa lalu, di mana sejarah mencatat bahwa sungai ini dapat dilayari dari hilir (Surabaya) hingga ke hulu (Kediri, Mojokerto). Pelabuhan Rakyat Kali Mas keberadaannya menunjang perkembangan Kota Surabaya sebagai kota perdagangan sejak masa lalu. Pada jaman kolonial khususnya jaman Surabaya berada dalam kekuasaan VOC dan setelahnya dalam kekuasaan Pemerintah Belanda, saat itu peran Kali Mas sebagai urat nadi arus lalu lintas pelayaran memegang peranan strategis, sehingga kegiatan baik bisnis dan pemerintahan dipusatkan keberadaannya di sekitar Kalimas, khususnya daerah sekitar Jembatan Merah. Saat ini di wilayah sekitar Jembatan Merah dapat disaksikan gedung-gedung tua peninggalan jaman Belanda tersebut. Suasana Kali Mas masa lalu di sekitar Jembatan Merah.
Berdasarkan tulisan von Faber (dalam Handinoto, 1996) terlihat bahwa peran sungai yang melewati Kota Surabaya (dalam hal ini Kalimas) mempunyai peran penting dalam penciptaan jaringan jalan Kota Surabaya di masa lalu. Pola jaringan jalan utama Kota Surabaya selalu mengikuti pola aliran Kali Surabaya / Kali Mas dan cabangnya. Hal ini disebabkan konsentrasi penduduk Kota Surabaya memang berada di tepian kedua sungai tersebut.

Akibat pola jalan yang memanjang mengikuti aliran sungai dari Selatan menuju ke Utara serta penduduk yang terkonsentrasi di kedua tepian sungai, maka konsekuensinya adalah banyak ditemukan jembatan, yang menghubungkan penduduk di kedua tepian sungai, misalnya jembatan Patok, Peneleh, Bibis, kalianyar, Jagalan, Genteng (van Deventerlaan) dan Cantikan. Pada tahun 1950an jumlah jembatan bertambah ke arah selatan, misalnya Jembatan Gubeng, Wonokromo, Sonokembang, dll. Berdasarkan peta penggunaan lahan tahun 1825, pusat Kota Surabaya masih terletak di daerah Jembatan Merah tepatnya sebelah Barat Jembatan Merah berikut pemukiman orang Eropa (Handinoto, 1996). Penduduk etnis Cina, Arab dan Melayu berdiam di sebelah timur Jembatan Merah. Sedangkan penduduk asli Surabaya menyebar sepanjang Kalimas di sebelah Selatan kota.

Pada jaman dahulu (sekitar abad 18), berdasarkan von Faber (dalam Handinota, 1996), Kalimas menjadi sumber kehidupan baik sebagai bahan baku air untuk persawahan juga sebagai bahan baku air bersih. Proses pengolahan air Kalimas menjadi air bersih melalui penjernihan dengan overmangaanzure (KMnO4 ?) dan tawas (alum). Selanjutnya direbus dan disaring. Jika terjadi epidemi kolera, maka dianjurkan agar air yang telah dimasak sekalipun ditambah dengan zoutzuur. Selain sebagai sumber air, Kalimas juga menjadi penampung air untuk pematusan dan pembuangan limbah. Bahkan kondisi kesulitan mengendalikan banjir juga dialami Kota Surabaya sejak jaman dulu. Sekitar tahun 1800an daerah sekitar Simpang sering terganggu banjir luapan Kalimas di musim hujan. Untuk mengatasi banjir, maka Pemerintah Belanda membangun kanal-kanal, misalnya tahun 1856 dibangun banjir kanal menuju Selat Madura dan bendungan air di Jagir. Selain itu dalam upaya untuk melestarikan sungai, bangunan air lain yang dibangun di Kalimas agar tetap dapat dilayari sampai Kali Surabaya adalah pembangunan pintu air di Gubeng dan Gunungsari antara tahun 1889 sampai 1899. (*)
Sumber: http://www.gapura.info/liput.php